Written on 10:15 AM by Harits Anwar

Taiwan,- Bagaimana gedung setinggi setengah kilometer tidak patah atau tumbang ketika berayun-ayun? Berikut catatan CEO Jawa Pos Group DAHLAN ISKAN dari kunjungan ke gedung tertinggi di dunia, Taipei 101.
Laporan Dahlan Iskan, Taipe
DI sela-sela kunjungan saya ke Taipei (Taiwan) yang kurang dari 24 jam pekan lalu, saya sempatkan naik gedung tertinggi di dunia saat ini: Gedung 101. Tentu sudah agak malam, karena harus dinner dulu dengan pengusaha di Taipei. Dari mana-mana gedung ini terlihat karena di Taipei memang tidak terlalu banyak pencakar langit.
Taiwan memang terkenal sebagai wilayah yang perbedaan kaya-miskinnya tidak terlalu mencolok. Di satu sisi tidak banyak gedung hebat, di lain sisi tidak ada kaki lima atau toko-toko yang jelek. Saya kira Taiwanlah yang golongan kelas menengahnya sangat dominan.
Gedung itu dinamakan 101 karena terdiri atas 101 lantai. Tinggi gedung ini 509 meter (setengah kilometer lebih) dari permukaan tanah. Sebenarnya masih harus ditambah 30 meter lagi kalau lantai-lantai bawah tanahnya dihitung.
Memang, Gedung 101 tidak akan bertahan lama sebagai yang tertinggi di dunia. Dalam lima tahun ke depan sudah akan dikalahkan oleh Shanghai. Gedung di Shanghai itu sempat tertunda pembangunannya oleh krisis moneter Asia, namun kini sudah dimulai. Yang di Shanghai pun segera dikalahkan pula oleh gedung lain di Dubai yang dirancang setinggi 800 meter.
Meski segera kalah, Gedung 101 tetap memiliki keunikan tersendiri. Arsitekturnya sangat menarik, seperti pohon bambu, yang sangat melambangkan Asia Timur. Ini berbeda dengan gedung kembar WTC yang dihancurkan teroris di New York itu, yang arsitekturnya hanya seperti kotak yang didirikan. Sebagian besar arsitek New York tidak menyukai bentuk gedung WTC saat itu, karena dianggap hanya merusak tata gedung tinggi di sana.
Gedung 101 juga berbeda dengan SEARS Tower di Chicago yang kesannya ”hanya” modern, atau gedung kembar Kuala Lumpur yang mirip bentuk jagung kupas. Gedung 101 benar-benar sangat Asia Timur. Memang, ketika membangun Gedung 101 perdebatan sangat panjang, karena Taipei punya dua kelemahan mendasar sekaligus: gempa dan taipun. Bentuk bambu mengesankan bahwa gedung itu akan lentur terhadap gempa maupun angin topan.
Letak kelenturannya tentu bukan pada bentuk bambunya itu, melainkan pada sebuah benda yang diletakkan di lantai 89. Benda ini beratnya (jangan kaget): 800 ton! Bentuknya bulat berjenjang-jenjang seperti rumah tawon yang bulat. Begitu beratnya sehingga bola baja ini harus digantung dan disangga sekaligus. Alat penggantungnya adalah kabel-kabel baja seperti untuk jembatan gantung. Sedang penyangganya adalah hidrolik di empat sudutnya. Penyangga hidrolik itulah yang membuat lentur.
Saat terjadi gempa atau saat angin topan mengganas, bola itu sebenarnya seperti bandul (pendulum): bergerak ke arah berlawanan dari gempa atau angin, yang fleksibilitasnya ditopang oleh hidrolik tersebut. Dengan demikian, meski puncak gedung berayun sampai lebih 1,5 meter, gedung tidak akan patah atau roboh!
Karena, bola baja yang garis tengahnya 5,5 meter itu memang sangat besar, dan harus digantung, tiga lantai sendiri harus dipakai untuk penyeimbang itu. Semua pengunjung bisa melihatnya, termasuk kalau bola itu sedang bergerak yang berarti sebenarnya puncak gedung sedang berayun.
Ruang di sekeliling ”atraksi” itu dipakai untuk observatorium, tempat pengunjung melihat ibu kota Taiwan dari semua arah. Bola penyeimbang seperti itu, yang dulu-dulu seperti menjadi ”rahasia” dan selalu disembunyikan di ruang tertutup, di Gedung 101 malah dijadikan bagian dari atraksi: ngeri-ngeri-menyenangkan!
Seperti juga ketika naik ke gedung kembar WTC di New York setahun sebelum hancur, naik ke Gedung 101 juga harus membayar. Sekitar Rp 100.000 per orang. Lift-nya tidak sebesar WTC New York, tapi kecepatannya dua kali lipat. Inilah lift tercepat di dunia saat ini: 1.000 meter per menit. Toshiba memenangkan tender lift supercepat ini. Harga satu lift-nya sekitar Rp 20 miliar.
Berada di lift itu kita bisa melihat displai di layar mengenai sudah berapa detik, sedang di ketinggian berapa dan di lantai mana. Meski begitu cepat, ketika berangkat tidak terasa ada kejut sama sekali. Demikian juga ketika akan berhenti di puncak gedung juga tidak ada rasa sama sekali. Lift ini memang dilengkapi antikejut dan anti-kebablasan. Hanya telinga yang pengang, sehingga saya harus beberapa kali seolah-olah menelan ludah untuk mengembalikan pendengaran menjadi normal.
Saya sudah dua kali ke gedung ini, tapi baru pekan lalu naik ke puncak. Saya suka ke sini karena di lantai tiganya ada restoran Jepang all-you-can eat yang sangat komplet dan enak. Tapi, saya tidak pernah belanja di malnya karena tidak bisa menggunakan uang dari plastik. Semua barang bermerek harus dibayar dengan uang Taiwan beneran.
Di sekitar gedung ini memang belum tertata indah. Masih ada proyek pembangunan stasiun kereta bawah tanah. Gedung-gedung sekitarnya juga masih banyak yang lama sehingga 101 seperti sebatang bambu yang tumbuh tinggi sendirian. Tapi, saya melihat bahwa pelan-pelan, pusat pusat kota Taipei akan bergeser ke sini.
Posted in
Chart,
Fun Fact,
Review
|
Written on 9:52 AM by Harits Anwar

Sebuah ketukan terdengar dari pintu apartemennya, Kevin Mitnick membuka pintu dan mendapati lusinan agen FBI dan penegak hukum lain sudah bersiap untuk menangkapnya. Ini adalah akhir perjalanan seorang hacker yang terpaksa buron demi menghindari hukuman penjara. Hacker yang selama masa buronannya itu telah mendapatkan status legendaris, bahkan telah tumbuh menjadi sebuah mitos yang lebih besar dari dirinya sendiri
Penangkapan yang terjadi pada 1995 itu menandai awal dari kasus penahanan yang paling kontroversial terhadap seorang pelaku kejahatan cyber. Mitnick adalah seorang penyusup pada sistem komputer menjelma sebagai America’s Most Wanted Hacker.
Kecanduan Komputer
Mitnick mudah mempelajari komputer dengan nongkrong di toko radioshack atau diperpustakaan umum, keluarganya tidak cukup berduit untuk memiliki komputer sendiri. Kesukaannya pada komputer berkembang hingga ia dewasa.
Pada periode 1990-an, Mitnick mudah sekali keluar masuk sistem komputer. Namun pada akhir 1980-an ia sebenarnya ingin meninggalkan hobynya tersebut dan mulai mencari pekerjaan yang sah. Sayangnya, sebelum ia bisa melakukan itu, pada 1987 ia tertangkap karena menyusup perusahaan Santa Cruz Organization, sebuah perusahaan piranti lunak yang terutama bergerak dibidang sistem operasi Unix. Ketika itu pengacara mitnik berhasil menurunkan tuduhan kejahatan menjadi tindakan yang kurang baik, Mitnick pun hanya di ganjar 3 tahun masa percobaan.
Tidak sampai setahun Mitnick kembali tersandung kasus hukum. Gara-garanya seorang teman yang komputernya ia gunakan untuk membobol komputer lain melaporkan Mitnick yang berwajib kali itu yang dibobol Mitnick adalah milik Digital Equipment Corporation. Setiap kali membobol komputer yang dilakukan mitnik adalah mengambil code penyusun dari piranti lunak. Kode itu kemudian dia pelajari dengan sungguh-sungguh, terkadang menemukan beberapa kelemahan didalamnya. Dalam sebuah kesempatan Mitnick hanya mengaku mengambil kode penyusun dari piranti lunak yang ia sukai atau yang menarik baginya.
Dalam kasus DEC Mitnick mendapatkan masa tahanan yang lebih berat. Ketika itu pengacaranya menyebut Mitnick memiliki, ‘kecanduan pada komputer yang tidak bisa dihentikan’. Ia diganjar 1 tahun penjara.
Di penjara Mitnick mendapatkan pengalaman yang buruk. Pada saat itu legenda Kevin Mitnick atau yang lebih dikenal juga dengan nama samaran ‘the condor’, sudah semakin membesar. Reputasinya sebagai seorang
penjahat komputer juga semakin membumbung melebihi kenyataan. Sipir di Lompoc, penjara tempat Mitnick berada, mengira Mitnick bisa menyusup kedalam komputer hanya dengan berbekal suara dan telepon. Walhasil
Mitnick bukan hanya tidak boleh menggunakan telepon, ia juga menghabiskan waktu berbulan bulan dalam ruang isolasi. Tak heran jika kemudian ia dikabarkan mengalami sedikit gangguan jiwa saat menjalani hukuman di Lompoc.
Tahun 1989 Mitnick dilepaskan dari penjara. Ia berusaha mencari pekerjaan yang resmi, namun statusnya sebagai mantan narapidana membuat Mitnick sulit mempertahankan pekerjaan. Akhirnya ia bekerja sebagai
pendulang informasi untuk kantor penyelidik kantor swasta. Tentunya ini menyeret Mitnick kembali kepada dalam dunia yang abu-abu dan hitam. Pada awal 1990-an, Mitnickpun dicari lagi oleh FBI. Kali ini takut akan masuk ruang isolasi selama bertahun-tahun, Mitnick memutuskan untuk kabur.
Hacking The Human Side
Keahlian Mitnick sebagai hacker tidak terbatas pada kemapuan teknis belaka. Ia merupakan pada kemampuan teknis belaka. Ia merupakan seorang yang memahami betul bahwa keamanan sistem komputer terdiri dari aspek kebijakan organisasi, sumber daya manusia, proses yang terlibat serta teknologi yang digunakan. Seandainya ia seoarang pahlawan super kemapuannya utama Mitnick adalah seoarang yang mempraktekan ilmu social engginering alias rekayasa sosial. Ini adalah sebuah teknik mendapatkan informasi penting, semisal password, dengan memanfaatkan kelemahan manusiawi.
Kemampuan Mitnick paling baik diilustrasikan dalam cerita berikut, cerita yang dikisahkan Mitnick sendiri pada sebuah forum online Slasdot.org
“Pada satu kesempatan, saya ditantang oleh seorang teman untuk mendapatkan nomor (telepon) Sprint Foncard-nya. Ia mengatakan akan membelikan makan malam jika saya bisa mendapatkan nomor itu. Saya tidak akan menolak makan enak, jadi saya berusahan dengan menghubungi Customer Service dan perpura-pura sebagai seorang dari bagian teknologi informasi. Saya tanyakan pada petugas yang menjawab apakah ia mengalami kesulitan pada sitem yang digunakan. Ia bilang tidak, saya tanyakan sistem yang digunakan untuk mengakses data pelanggan, saya berpura-pura ingin memverifikasi. Ia menyebutkan nama sistemnya.”
“Setelah itu saya kembali menelepon Costumer Service dan dihubungkan dengan petugas yang berbeda. Saya bilang bahwa komputer saya rusak dan saya ingin melihat data seorang pelanggan. Ia mengatakan data itu sudah berjibun pertanyaan. Siapa nama anda? Anda kerja buat siapa? Alamat anda dimana? Yah, seperti itulah. Karena saya kurang riset, saya mengarang nama dan tempat saja. Gagal. Ia bilang akan melaporkan telepon telepon ini pada keamanan.”
“Karena saya mencatat namanya, saya membawa sorang teman dan memberitahukannya tentang situasi yang terjadi. Saya meminta teman itu untuk menyamar sebagai ‘penyelidik keamaman’ untuk mencatat laporan dari petugas Customer Service dan berbicara dengan petugas tadi. Sebagai ‘penyelidik’ ia mengatakan menerima laporan adanya orang berusaha mendapatkan informasi pribadinya pelanggan. Setelah tanya jawab soal telepon tadi, ‘penyelidik menyakan apa informasi yang diminta penelepon tadi. Petugas itu bilang nomor Foncard. ‘penyelidik’ bertanya, memang berapa nomornya? Dan petugas itu memberikan nomornya. Oops. Kasus selesai”
Buron
Sebaga i buronan Mitnick berusahan sebisa mungkin untuk tidak tertangkap. Ia sering berpindah-pindah tempat tinggal dan selalu menanggalkan berbagai kebiasaan. Berbagai cara ia lakukan agar tidak terlacak oleh pengejarnya. Namun ia tidak bisa meninggalkan hobinya mengoprek komputer dan jaringan Internetnya. Bahkan beberapa keahliannya konon digunakan untuk mendapatkan identitas baru.
Legenda Mitnick selama buron dalam kurang lebih dua tahun, semakin menjadi-jadi ia menjelama sebagai ‘Ninja Cyber’ yang konon bisa membobol komputer Pentagon hanya dengan remote televisi, sebuah rumor yang melebihi cerita fiksi apapun.
Mengapa Mitnick, seorang buron dalam kasus pembobolan komputer, bisa menjadi penjahat yang paling dicari? Ini tak lepas dari peran media massa. Secara khusus adalah serangkaian artikel sensasional dari John Markoff yang dimuat di New York Times.
Markoff mengutuk Mitnick bagaikan seorang teroris. Dalam sebuah pernyataan setelah lama dibebaskan, Mitnick menyebut citra dirinya yang ditampilkan Markoff bagaikan seoarang teroris yang berusaha mengendalikan nuklir dunia. “saya seakan-akan seorang Osama bin Mitnic,” ujarnya bercanda.
Markoff menggambarkan Mitnick sebagai seorang yang mematikan, tak bisa dihentikan dan layak menjadi buronan sepuluh besar FBI maupun penegak hukum lainnya. Artikel Mafkoff, yang kadang muncul di halaman depan, menjadikan Mitnick kandidat terkuat proyek percontohan atas kejahatan cyber. Maka masa depan Mitnick dalam penjara boleh dibilang sudah dituliskan saati itu juga.
Selama menjadi buron Mitnick juga terus menjalankan aksinya. Ia membobol berbagai komputer perusahaan besar. Termasuk Sun Microsystem. Ia menggunakan, dan maksutnya disini adalah membobol rekening seorang pada layanan penyimpanan online untuk menyimpan backup dari hasil aksinya. Sebenarnya Mitnick tidak bekerja sendirian namun saat tertangkap ia tak pernah mengungkapkan siapa saja rekannya.
Salah satu korban Mitnick adalah T. Shimomura, seorang ahli komputer yang dalam beberapa tulisan di Internet diragukan kebersihannya. Ada dugaan bahwa Shimomura juga seorang hacker yang kerap melakukan perbuatan ilegal. Satu hal yang banyak disetujui adalah Shimomura memiliki sikap yang arogan dan nampaknya ingin muncul sebagai pahlawan dalam kisah perburuan Mintick.
Shimomura, Markoff dan FBI bahu membahu untuk menangkap sang buronan. Panduan dari berita sensasionalnya Mafkoff, kemampuannya hacking Shimomura dan kekuatan hukum FBI pada akhirnya melacak kediaman Mitnick.
Seperti biasanya kisah tertangkapnya seoarang buron, Mitnick melakukan ketledoran. Layanan penyimpanan yang ia gunakan rupanya memiliki program otomatis untuk mencek isi file yang disimpan. Pemilik rekening yang digunakan Mitnick mendapatkan peringatan dari sistem mengenai kapasitas berlebih. Ini adalah awal tertangkapnya Mitnick.
Mitnick mengakui bahwa dirinya ceroboh karena tidak menduga bahwa FBI, Shimomura, Markoff, dan penyedia layanan telepon selular melakukan kerja sama yang begitu erat dan terpadu.
“Operator seluler melakukan pencarian dalam database penagihan mereka terhadap dial-up ke layanan Internet Netcom POP. Ini, seperti bisa diduga, membuat mereka bisa mengidentifikasi area panggilan dan nomor MIN (mobile identification number) yang saya gunakan saat itu. Karena saya kerap berganti nomor, mereka mengawasi panggilan data apapun yang terjadi di lokasi tersebut. Lalu, dengan alat Cellscope 2000 Shimomura, melacak sinyal telepon saya hingga ke lokasi yang tepat,”Mitnick menuturkan.
Dua minggu sebelum tertangkapnya Mitnick baru pindah ke Raleigh. Lokasi baru membuat kurang waspada dan ia lupa melacak jalur dial-up yang digunakannnya. Beberapa jam sebelum tertangkapnya Mitnick baru ada sesuatu yang terjadi, pelacakan dan pengawasan sedang dilakukan terhadap jalur yang ia gunakan. Saat ia sedang berusaha melacak sejauh mana pengawasan telah dilakukan hingga siapa dilbalik pelacakan tersebut, ia mendengar ketukan pintu. Mitnick membuka pintu dan berhadapan dengan lusinan U.S Marshall dan FBI.
Empat Setengah Tahun Digantung
Setelah tertangkap Mitnick ditahan tanpa kemungkinan jaminan. Ia juga tak diajukan untuk pengadilan. Kurang lebih empat tahun ia habiskan tanpa kepastian. Hal ini benar-benar membuat Mitnick frustasi.
Selama dalam penjara FBI ia tak mendapatkan kesempatan dalam kasusnya. Bahkan Mitnick dan pengacaranya tak bisa melihat data kasus tersebut karena terdapat di laptop dan akses laptop bagi Mitnick dianggap membahayakan. Mitnick dituding bisa membuat misil meluncur hanya berbekal laptop atau telepon. Larangn itu tetap berlaku meskipun pengacaranya menggunakan laptop tanpa modem dan kemampuan jaringan apapun.
Mitnick pada akhirnya dituding menyebabkan kerugian hingga ratusan juta dollar kerugian yang menurut Mitnick tidak benar, karena perusahaan yang konon dirugikan bahkan tidak melaporkan kerugian tersebut dalam laporan tahunan mereka.
Kesepakatan akhir bagi Mitnick adalah pengakuan bersalah. Bersalah dalam kasus pembobolan komputer dan penyadapan jalur telepon. Mitnick menyerah dan mengikuti itu, dengan imbalan 4 tahun tahun lebih waktunya dalam penjara diperhitungkan sebagai mas tahanan. Total Mitnick dihukum adalah 5 tahun dipenjara , 4 tahun dalam tahanan yang terkatung-katung dan 1 tahun lagi sisanya.
Ia dibebaskan pada tahun 2000 dengan syarat tak boleh menyentuh komputer atau telepon. Pada tahun 2002 baru ia boleh menggunakan komputer tapi tidak yang tersambung ke Internet. Baru tahun 2003 ia menggunakan Internet lagi untuk pertama kalinya.
Sejak dibebaskan Mitnic berusaha untuk memperbaiki hidupnya. Ia menuliskan dua buku mengenai hacking, selain itu ia juga mendirikan perusahaan konsultan keamanan sendiri. “Hacker adalah satu-satunya kejahatan yang keahliannya bisa digunakan lagi untuk sesuatu yang etis. Saya tidak pernah melihat itu dibidang lain, misal perampokan etis,” tutur Mitnick.
Posted in
Internet,
Komputer
|
Written on 9:38 AM by Harits Anwar
Jakarta merupakan kota kedua termahal di kawasan ASEAN setelah Singapura. Menyusul setelah itu berturut-turut Ho Chi Minh City (Vietnam), Bangkok (Thailand), Kuala Lumpur (Malaysia) dan Manila (Filipina ). Demikian hasil survei Mercer Worldwide tentang biaya hidup kota besar 2008 yang diumumkan hari Kamis (24/7).
Di tingkat global, Jakarta berada di urutan ke-82, sementara Singapura di posisi ke-13 kota-kota termahal di dunia. Kota-kota di kawasan ASEAN yang biaya hidupnya lebih murah dibandingkan Jakarta adalah Manila (posisi 110), Kuala Lumpur (106) , Bangkok (105 ) dan Ho Chi Minh ( 100).
Menurut Mutiarawaty Thaher, Business Leader Information Product Solutions di Mercer Indonesia, biaya hidup yang relatif tinggi bisa memengaruhi tingkat kompetitif Jakarta sebagai lokasi investasi. Jakarta mengalami kenaikan dalam biaya kebutuhan hidup, pendidikan dan tarif jalan tol selama satu tahun terakhir. Akibatnya, terjadi peningkatan di semua indeks biaya hidup (dibanding New York). Namun demikian, Jakarta turun 27 tingkat dari posisi 55 ke -82 pada pemeringkatan tahun 2008 ini. Hal ini mungkin menjadi indikasi lonjakan pertumbuhan, juga kenaikan tingkat inflasi, yang dialami kota-kota besar lainnya di dunia.
Survei Mercer ini melibatkan 143 kota di enam benua dan mengukur biaya perbandingan yang meliputi harga 200 jenis barang di setiap lokasi, termasuk perumahan, transportasi, sandang, pangan, peralatan rumah tangga serta hiburan. Survei ini survei biaya hidup paling komprehensif di dunia dan dipakai untuk membantu perusahaan multinasional serta pemerintah menentukan santunan biaya hidup untuk pegawai ekspatriat.
Yvonne Traber, Manager Riset Mercer mengatakan kondisi pasar sekarang ini menuju berlanjutnya pelemahan dollar Amerika, dibarengi penguatan Euro dan mata uang lainnya, yang mengakibatkan perubahan nyata pada pemeringkatan tahun ini. Meskipun kota-kota di Eropa Barat dan Asia, yang secara tradisi memang mahal, kota-kota di Eropa Timur, Brazil dan India merambat naik dalam daftar. Sebaliknya, sejumlah kota seperti Stockholm dan New York kini justru kelihatan tidak mahal dalam perbandingan.
"Riset kami memastikan adanya kecederungan kenaikan harga pada beberapa jenis bahan pangan dan bahan bakar, meskipun kenaikan itu tidak konsisten di semua kota . Hal ini sebagian diimbangi dengan penurunan harga untuk beberapa jenis komoditas seperti barang elektronik dan semacamnya. Hal ini menurut kami disebabkan impor yang lebih murah dari negara berkembang, terutama Cina, juga teknologi yang semakin canggih," demikian Traber.
Menurut Traber, menjaga tetap berada di atas perubahan dalam biaya hidup untuk ekspatriat adalah penting sehingga perusahaan dapat meyakinkan karyawan mereka mendapat kompensasi yang adil serta upah yang kompetitif saat ditugaskan di luar negeri.
Tokyo termahal di Asia
Survei Mercer Worldwide ini juga menunjukkan, Tokyo di Jepang menjadi kota Asia termahal, di posisi 2 (skor 127), dua peringkat naik dari tahun lalu. Seoul di peringkat 5 (skor 117,7) dan Hong Kong menempel ketat dengan selisih skor tipis 117,6. Singapura di posisi 13 dengan skor 109,1. Sementara Karachi di Pakistan tetap sebagai kota paling tidak mahal di kawasan ini dengan skor 54,7 di posisi 141.
Sementara kota-kota yang ada pada lima besar di Asia tetap stabil di peringkatnya, ada perubahan signifikan terjadi dalam daftar. Di India, Mumbai naik 4 peringkat ke 48 (skor 90,3), se mentara New Delhi merambat naik 13 posisi ke 55 (skor 87,5) akibat penguatan rupee India terhadap dollar AS. Meskipun India mengalami inflasi relatif tinggi, hal ini juga terjadi pada New York dan akibatnya mengurangi dampak pada kenaikan peringkat pada ko ta-kota tersebut. Manila melambung 27 posisi ke posisi 110 dengan skor 73,4, sebagian besar disebabkan kenaikan harga pada akomodasi berstandar internasional.
Asia Pacific Head of Information Product Solutions Mercer , Neo Siew Khim seperti disampaikan Marketing & Public Relations Mercer Indonesia Rini Firdaus menyebutkan, kenaikan pada pemeringkatan biaya hidup untuk kota-kota seperti Singapura, India dan Filipina berpangkal pada tingginya kenaikan kualitas hidup (pada kasus di Singapura), pertumbuhan ekonomi yang kuat dibarengi tuntutan konsumen (seperti di India), dan naiknya pesona Filipina sebagai alternatif lokasi investasi usaha selain China dan India.
Sejumlah kota tertentu mengalami penurunan tajam di dalam daftar. Contohnya Jakarta yang turun dari peringkat 55 ke 82 (skor 80,5) dan Bangkok yang merosot dari 9 5 ke 105 dengan skor 75,1. Di Vietnam, Hanoi luruh 35 tingkat ke posisi 91 (skor 79) dan Ho Chi Min City tersungkur 40 tingkat ke posisi 100 (skor 76,3). Penye bab utamanya karena mata uang dong Vietnam tetap stabil terhadap dolar AS sehingga mendorong kota in i turun peringkat. Tingkat inflasi yang diamati pada barang-barang di kota-kota Vietnam dibanding New York makin memperlebar jurang pemisah.
Menurut Neo, meskipun kota-kota Asia mendominasi 10 tempat termahal untuk dihuni serta banyaknya kota Asia yang merambat naik tahun ini, biaya hidup di Asia tetap tidak menyurutkan minat banyak perusahaan untuk tetap datang ke Asia dan mengembangkan oper asi atau memperoleh pengalaman kerja di kawasan tersebut. Hal ini bisa jadi disebabkan lingkungan usaha yang menarik di Asia yang menjadi fokus bagi investasi asing langsung dari organisasi multinasional yang berupaya untuk meningkatkan pendapatan serta m enanguk keuntungan yang nyata.
Survei Mercer ini menyebutkan pula, Sydney tetap menjadi kota termahal bagi ekrpatriat di kawasan ini, naik enam tingkat di pemeringkatan secara keseluruhan ke posisi15 (skor 104,1). Melbourne mengikuti di posisi 36 (skor 94,2) , melonjak 28 posisi dan Perth merayap 31 posisi ke peringkat 53 (skor 88,5).
Kota-kota di Australia dan Selandia Baru merambat naik di dalam daftar akibat apresiasi terhadap mata uang local terhadap dollar AS. Kota-kota di Selandia Baru yang menjadi pi lihan tidak terlalu mahal bagi para ekspatriat adalah Auckland yang berada di peringkat 78 (skor 81) dan Wellington di posisi 93
Posted in
Just for fun
|