Toy Story 3: Pixar did it again...!

Written on 10:36 PM by Harits Anwar

Seperti kata pepatah, sepandai-pandainya tupai meloncat pada akhirnya jatuh juga. Begitu juga dengan dunia perfilman, sebagus apapun studio maupun sutradaranya, tidak mungkin selamanya sukses, suatu saat pasti ada kegagalan. Itulah pikiran saya ketika pertama kali melihat trailer film terbaru Pixar, Toy Story 3, sejujurnya saya kurang begitu tertarik dengan Toy Story 3, karena dilihat dari trailernya kurang menarik, apalagi film sekuel yang dibuat sampai ke3 biasanya tidak sebagus film sebelumnya.

But hey, Its Pixar..!

Oya, ini adalah film Pixar, so, mana mungkin jelek! Bukankah begitu? Oke, Pixar memang mungkin satu-satunya studio animasi yang (hampir) tidak pernah gagal, tetapi seperti pepatah diatas, tidak mungkin Pixar sukses terus, suatu saat pasti jatuh, begitu melihat berita & trailer Toy Story 3, my thougs: 'well, this time, they're falling..' :P, sejujurnya saya sedikit agak pesimis dengan film ini.

Dan ternyata...

Ternyata film ini jauh lebih bagus dari yang bisa saya bayangkan! Wow! Ketika saya paksakan menonton film ini dalam format 3Dnya, film ini jauh dari kata mengecewakan (oke, saya salah! :P). Pixar did it again! yeah.. 


Film ini dibuka dengan cerita petualangan Buzz, Woody, dkk dalam imajinasi Andy, seperti ingin flash back ke 2 film Toy Story sebelumnya, film ini menampilkan cuplikan 2 film sebelumnya, seakan membuka album foto lama, kita diajak untuk bernostalgia dengan film Toy Story 1&2.
 
Pengembangan cerita pada film ini harus saya akui sangat bagus, tidak terlalu dipaksakan, sangat serasi dan tidak melenceng dari 2 film selanjutnya. Dalam film ini diceritakan kalau Andy, si pemilik 'Toys' (Buzz, Woody, dkk) sudah menginjak usia 17 tahun, yang berarti dia bukan anak kecil yang suka bermain mainan lagi. Alhasil, para Toys merasa Andy sudah melupakan mereka dan para mainan ini sudah tidak ada artinya lagi untuk mereka. Menarik juga melihat bagaimana usaha para Toys berusaha menarik simpati Andy kepada mainan masa lalunya. Namun karena suatu kesalahan, akhirnya para mainan tersebut 'tedampar' ke Sunnyside Daycare (suatu tempat penitipan anak di Amrik), disana mereka menjadi mainan baru dan bertemu dengan teman baru yang awalnya terlihat menyenangkan, namun ternyata berubah menjadi tempat yang sangat mengerikan ;P. Ending yang menyentuh juga menjadi nilai plus film ini.



Yang saya suka dari film ini (dan film Pixar lainnya) yaitu karakter yang terlihat sangat hidup, siapa yang bisa menyangka kalau karakter mainan bisa begitu emosional dan natural? Well, that's pixar, lihat saja bertapa hidupnya karakter robot Wall-E dan ikan Nemo. 
 
Film ini disajikan dalam 2 format, yaitu 2D dan 3D. Efek 3D yang digunakan lebih baik daripada film-film animasi 3D sebelumnya seperti Monster vs Alien atau How to Train Your Dragon. Saya menyarankan anda menonton dalam format 3Dnya karena lebih terasa 'feel'nya, lebihn mahal memang, but its worthly ;). Melihat kesuksekan 3Dnya Toy Story 3, sepertinya film-film Pixar lainnya juga akan disajikan dalam bentuk 3D (semoga saja :D).

Scoring yang digarap oleh Michael Giacchino sangat menunjang 'feel' dari film ini, sepertinya film-film Pixar memang langganan menggunakan Giacchino sebagai composernya (dan semoga begitu terus selanjutnya).
Alhasil, Toy Story 3 merupakan film ketiga yang meraup menghasilan diatas $100 juta, 2 film sebelumnya yaitu Iron Man 2 dan Alice in Wonderland.