Sherlock (TV Series): Modernisasi Sherlock Holmes
Written on 7:43 PM by Harits Anwar
Menurut wikipedia istilah modernisasi yaitu "Perubahan keadaan dari peradaban 'pra-modern' atau 'tradisional' ke masyarakat 'masa kini' atau modern". Lalu demikian istilah 'Modernisasi Film' berarti perubahan kultur/materi sebuah film menjadi lebih 'masa kini' atau modern.
So, mengacu kepada pengertian diatas, apa sih kriteria 'Modernisasi Film'..? Perubahan setting ke zaman sekarang? Ya. Aktor-aktor yang lebih muda (dan menarik :P)? Sure. Joke-joke yang fresh dan segar? Okay. Gadget-gadget elektronik terkini? Oh yeah.
So, mengacu kepada pengertian diatas, apa sih kriteria 'Modernisasi Film'..? Perubahan setting ke zaman sekarang? Ya. Aktor-aktor yang lebih muda (dan menarik :P)? Sure. Joke-joke yang fresh dan segar? Okay. Gadget-gadget elektronik terkini? Oh yeah.
Well, sepertinya istilah 'Modernisasi Film' sangat cocok untuk mendeskripsikan TV Series terbaru keluaran BBC: 'Sherlock'. Ya, kamu tidak salah kalau menebak serial ini mengenai Sherlock Holmes, detektif (yang sayangnya fiktif) karya Arthur Conan Doyle dari Inggris.
Cerita Sherlock sebenarnya sama dengan bukunya, Sherlock Holmes, hanya dalam serial ini dibuat dengan setting masa kini, jangan bayangkan latar belakang London tahun 1891 dengan nuansa klasik yang kental dan orang-orang zaman dulu, dengan segala hal yang berbau kuno, kereta kuda, dll.., bukan, film ini sangat berbeda.
Serial TV berjudul Sherlock (tanpa Holmes :P) ber-setting di masa kini dengan tokoh utama Sherlock Holmes dan partner setianya, Dr Watson. Jangan samakan karakter Holmes dan Watson di film ini dengan yang diperankan Robert Downey, Jr. dan Jude Law di film Sherlock Holmes tahun 2009 lalu, apalagi dengan sosok Sherlock Holmes versi tahun 1891. Sherlock Holmes di serial ini diperankan oleh anak muda (berusia sekitar 20-25) dengan pembawaan yang lebih 'Cool', bukan 'Old School' seperti pada bukunya. Karena mengambil setting di tahun 2010 otomatis suasana filmnya pun lebih modern, kota London jauh lebih modern dibanding tahun 1800an, kereta kuda diganti dengan mobil, surat-menyurat diganti e-mail, dan semua peralatan yang belum ada di zaman dulu.
Di serial ini menceritakan Sherlock Holmes sebagai pemuda yang memiliki ketertarikan (lebih tepatnya 'tergila-gila') dengan menganalisa dan memecahkan kasus kriminal yang terjadi di kota London, namun tidak seperti kebanyakan detektif, dia melakukan dengan sukarela tanpa dibayar, 'just for fun', seperti kata Sherlock. Secara kebetulan yang menguntungkan, dia bertemu dengan Dr John Watson, jangan bayangkan sosoknya seperti dokter kebanyakan, sosok Watson versi film ini adalah dokter mantan tentara perang di Afghanistan.
Pertama kali melihat trailernya di youtube, saya sedikit pesimis dengan serial ini karena Modernisasi Sherlock Holmes terkesan dipaksakan, dan melihat aktor-aktornya seperti kurang cocok untuk memerankan versi mudanya Sherlock Holmes.
But don't judge a book by its cover, and don't judge a movie by its trailer... ;)
Well prediksi saya mennjadi keliru setelah menonton episode pertamanya, Fantastic!! Sebagai seorang penggemar buku Sherlock Holmes saya tentunya mempunyai ekspektasi besar ketika menontonnya, dan film ini sama sekali tidak mengecewakan, actually, its surprising!! :D
Aktor-aktornya justru terlihat pas di serial ini, tidak seperti Sherlock Holmes versi Robert Downey, Jr yang sedikit agak 'konyol' dan beraksen amerika (yang menurut saya janggal), Holmes yang diperankan Benedict Cumberbatch mampu menggambarkan sosok Sherlock Holmes yang muda, fresh, cool, dan pintar, sedangkan Dr Watson diperankan Martin Freeman yang smart namun sedikit lugu dan membuat karakternya tidak begitu kaku.
Cast yang lainnya pun tidak mengecewakan, dan semuanya berasal dari Inggris, so, aksen British sangat kental di film ini. Pemilihan cast yang briliant.
Ceritanya sendiri masih setia dengan bukunya, yaitu mengenai Holmes & Dr Watson yang memecahkan kasus-kasus kriminal di kota London. Namun perbedaan 'Sherlock Modern' dengan Sherlock versi bukunya, Sherlock di serial ini berkarakter anak muda, dalam memecahkan kasusnya kadang dia menggunakan HandPhone, Laptop, GPS, dll, tentunya gadget tersebut belum ada di tahun 1894 :P.
Cast yang lainnya pun tidak mengecewakan, dan semuanya berasal dari Inggris, so, aksen British sangat kental di film ini. Pemilihan cast yang briliant.
Ceritanya sendiri masih setia dengan bukunya, yaitu mengenai Holmes & Dr Watson yang memecahkan kasus-kasus kriminal di kota London. Namun perbedaan 'Sherlock Modern' dengan Sherlock versi bukunya, Sherlock di serial ini berkarakter anak muda, dalam memecahkan kasusnya kadang dia menggunakan HandPhone, Laptop, GPS, dll, tentunya gadget tersebut belum ada di tahun 1894 :P.
Yang membuat film ini lebih fresh tentunya adalah transformasi filmnya dari 'Old School' menjadi 'New School' yang tentunya lebih menarik untuk ditonton anak muda. Entah kenapa untuk saya pribadi karakter Sherlock di serial ini lebih baik daripada Sherlock versi Robert Downey, karena terlihat smart & kalem, lebih mendekati karakter di novelnya, walaupun untuk karakter Dr Watson saya lebih suka versi Jude Law karena lebih dewasa (ini pendapat pribadi loh).
Episode perdana (aka Pilot) serial ini berjudul ‘A Study in Pink’, bercerita mengenai bunuh diri berantai (ya, bunuh diri, bukan pembunuhan) yang terjadi di kota London, episode ini seperti episode perkenalan karakter Sherlock dan Darwin ketika mereka pertama kali bertemu. Sedangkan episode keduanya berjudul ‘The Blind Banker’ yaitu mengenai pembunuhan berantai yang dilakukan oleh jaringan mafia dari China. Menurut saya pribadi episode kedua lebih menegangkan daripada yang pertama, unsur thrilling-nya sangat terasa.
Score untuk serial ini juga lumayan bagus, sangat mirip dengan score versi Hans Zimmer (atau memang sengaja?), sayang score di serial ini bukan digarap oleh maestro Zimmer, but okay, its not bad.
Episode perdana (aka Pilot) serial ini berjudul ‘A Study in Pink’, bercerita mengenai bunuh diri berantai (ya, bunuh diri, bukan pembunuhan) yang terjadi di kota London, episode ini seperti episode perkenalan karakter Sherlock dan Darwin ketika mereka pertama kali bertemu. Sedangkan episode keduanya berjudul ‘The Blind Banker’ yaitu mengenai pembunuhan berantai yang dilakukan oleh jaringan mafia dari China. Menurut saya pribadi episode kedua lebih menegangkan daripada yang pertama, unsur thrilling-nya sangat terasa.
Score untuk serial ini juga lumayan bagus, sangat mirip dengan score versi Hans Zimmer (atau memang sengaja?), sayang score di serial ini bukan digarap oleh maestro Zimmer, but okay, its not bad.
Tahun 2010 sepertinya menjadi tahun yang menyenangkan bagi penggemar detektif Sherlock Holmes, setelah film Sherlock versi Guy Ritchie yang keluar Desember tahun lalu, muncul serial ini yang buat saya pribadi lebih bagus daripada versi Guy Ritchie. Sedikit saran, sebaiknya ketika menonton serial ini jangan ngantuk, karena hampir keseluruhan serial ini benar-benar membuat kita mikir, dan perhatikan juga detail peristiwa dan keadaannya, supaya anda tidak dibuat bingung.